Sabtu, 03 Maret 2012

DINAMIKA PRODUKSI CENGKEH NASIONAL 

         Tanaman cengkeh termasuk tanaman yang lambat masa pemulihannya, sehingga tanaman cengkeh yang baru di panen akan kembali berbuah normal 2 – 3 tahun kemudian, hal ini yang menyebabkan produksi cengkeh selalu berfluktuasi. Berfluktuasinya produksi cengkeh dapat juga terjadi disebabkan oleh iklim (curah hujan), pemeliharaan dan serangan hama penyakit. Karena berfluktuasi tersebut panen pada tanaman cengkeh dikenal dengan panen besar dan panen kecil. Siklus antara panen besar dan panen kecil berbeda-beda menurut daerahnya, Jawa Timur sebagai salah satu daerah sentra produksi cengkeh, siklus tersebut mencapai 2 – 3 tahun, di Jawa Barat sekitar 3 tahun, Sulawesi malah lebih lama sampai 4 tahan, jarang sekali siklus antara panen besar dan panen kecil hanya 2 tahun. 

        Memperpendek siklus antara panen besar dengan panen kecil dapat dilakukan dengan mencegah kerusakan tanaman cengkeh dan mempercepat kepulihannya. Mencegah kerusakan tanaman cengkeh antara lain dilakukan dengan cara panen yang benar yang tidak menyebabkan patahnya ranting tanaman dan pencegahan serangan hama penyakit, sedangkan mempercepat kepulihan dilakukan antara lain dengan pemupukan dan tehnik budidaya yang sesuai.

         Panen sistim borongan sering mengakibatkan kerusakan yang lebih parah, karena tenaga petik hanya berusaha agar hasil petikannya lebih banyak tanpa menghiraukan banyaknya ranting dan pucuk yang patah. Panen yang benar adalah pemetikan dilakukan pada ruas tangkai tandan, cara ini tangkai tandan sangat mudah lepas dari ujung ranting (pucuk) tanpa menyebabkan kepatahan pada ranting. Kepatahan ranting yang parah akan menyebabkan siklus panen makin panjang.

         Pengaruh curah hujan sangat besar terhadap keberhasilan pembungaan, tanaman cengkeh akan berbunga lebat apabila sebelumnya mengalami periode kering selama dua sampai empat bulan, kemudian diikuti oleh curah hujan yang cukup selama pembentukan primodial bunga. Di Jawa primordia bunga muncul pada bulan Nopember, Desember dan Januari, Di Sumatera bulan Oktober, Nopember dan Desember, di Sulawesi Utara bulan Desember, Januari dan Pebruari dan dikepulauan Maluku bulan Mei, Juni dan Juli. Sejak keluarnya primordial bunga sampai siap panen memerlukan waktu enam bulan. Curah hujan yang tinggi sebelum keluarnya primordial bunga akan menyebabkan bunga yang muncul sedikit dan menurunkan kualitas bunga cengkeh. Sering kali curah hujan yang tinggi dapat merubah fase pertumbuhan tanaman yang sudah mengarahkan ke fase generatif kembali menjadi fase vegetatif, terlihat dari perubahan primordia bunga menjadi daun pucuk muda. Sedangkan curah hujang yang rendah sampai sedang (63-187 mm) akan meningkatkan produksi.

        Produksi sangat ditentukan oleh produktivitas, berfluktuasinya produksi disebabkan oleh berfluktuasinya produktivitas. Fluktuasi produktivitas cengkeh di daerah Jawa (Jatim) tidak terlalu besar, malah kecenderung semakin meningkat. Rendahnya fluktuasi produksi cengkeh di daerah Jawa disebabkan oleh penyebaran tanaman ini yang hampir merata diseluruh wilayah, sedangkan antara wilayah dapat berbeda masa dan waktu siklus panennya, sehingga fluktuasinya dapat lebih kecil. Sedangkan untuk daerah Bali dan Sulawesi fluktuasi produktivitasnya lebih tinggi, malah mengalami penurunan yang sangat tajam. Pertanaman cengkeh di wilayah ini terfokus pada beberapa daerah saja, sehingga variasi perbedaannya tidak besar (hampir sama).

Daerah Bali dan Sulawesi mempunyai luas areal pertanaman cengkeh mencapai 122.311 ha atau 26,17% dari total areal pertanaman cengkeh nasional, sehingga perubahan produktivitas yang terjadi di daerah akan langsung mempengaruhi produktivitas nasional (Gambar 1), walaupun produktivitas produksi di Jawa lebih stabil terutama pada tiga tahun terakhir. 

          Kurun waktu enam tahun terakhir (tahun 2004 – 2009) produksi cengkeh nasional tertinggi dicapai pada tahun 2009 yaitu sebesar 82.033 ton dan yang terendah pada tahun 2006 sebesar 60.271 ton (Gambar 2). Sedangkan fluktuasi produksi pada tahun-tahun tersebut berkisar antara 4.417 ton sampai 18.855 ton, dengan perbedaan antara produksi tertinggi dengan terendah sebesar 21.862 ton. Angka-angka ini menunjukkan betapa besarnya perbedaan ketersediaan cengkeh nasional dari tahun ke tahun.
Akibat berfluktuasinya produksi cengkeh dengan jumlah yang cukup besar, akan mempengaruhi stok cengkeh untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri dan harga. Kebutuhan industri dalam negeri terutama untuk pabrik rokok mencapai 150.000 ton/tahun, bandingkan dengan produksi tertinggi yang hanya mencapai 82.033 ton dengan fluktuasi mencapai 21.862 ton. 

          Dalam kondisi kekurangan bahan baku cengkeh ini, harga cengkeh mengalami peningkatan yang cukup berarti, bila pada tahun 2004 harga tertinggi mencapai Rp. 45.000 /kg cengkeh kering, pada akhir tahun 2009 meningkat menjadi sebesar Rp. 55.000/kg cengkeh kering. Harga ini menggembirakan petani karena harga dapat lebih tinggi dari Rp. 35.000, yang merupakan harga dasar untuk memelihara cengkeh dengan baik sesuai dengan budidaya yang benar. 

Membaiknya harga cengkeh belum memacu petani untuk meremajakan dan menanam cengkeh, terlihat pada Gambar 3 hanya petani Sulawesi Utara yang melakukan penanaman baru yang lebih luas (10.000 – 20.000 ha/tahun), sedangkan daerah lain hanya di bawah 6.000 ha/tahun. Penanaman yang begitu luas di daerah Sulawesi Utara akan mempengaruhi produksi cengkeh nasional pada 2 – 3 tahun kedepan (Yulius Ferry dan Dani).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar