Minggu, 04 Maret 2012

PEREMAJAAN KELAPA SAWIT

      Indonesia saat ini merupakan negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia, dengan luas areal 7 juta ha dan produksi 19,2 juta minyak sawit (CPO). Oleh sebab itu peranan agribisnis kelapa sawit sangat penting artinya bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2008, ekspor CPO mencapai 14,3 juta ton dengan nilai US$ 12,4 milyar. Negara juga memperoleh pendapatan dari PE (Pungutan Ekspor) CPO, tahun 2008 sebesar Rp 13,5 triliyun. Memberikan lapangan kerja sekitar 3,5 juta Kepala Keluarga (KK) mulai dari on-farm sampai off-farm. Disamping itu, minyak sawit merupakan sumber bahan baku industri utama di Indonesia, baik untuk kebutuhan pangan (minyak goreng) maupun untuk kebutuhan oleo-chemical. Di masa depan, minyak sawit semakin penting sebagai sumber bahan bakar nabati (bio-fuel), seiring dengan semakin langkanya bahan bakar dari fosil (BBM).
 

Pertumbuhan luas areal pertanaman kelapa sawit Indonesia dalam kurun waktu 10 tahun terakhir mencapai 3,40 % per tahun atau sekitar 250.000 ha. Namun produktivitas pada kurun waktu tersebut mengalami penurunan sebesar 0,85% per tahun. Penurunan produktivitas tersebut disebabkan antara lain; semakin luasnya pertanaman kelapa sawit rakyat yang tidak menggunakan benih unggul dan makin meningkatnnya pertanaman kelapa sawit rakyat berumur tua (>25 tahun). Luas pertanaman kelapa sawit rakyat saat ini mencapai 3 314 663 ha, dimana 35% diantaranya sudah berumur tua yang dibuka secara besar-besaran pada tahun 1980-an. Saat ini produktivitas kelapa sawit rakyat hanya mencapai lima ton tandan buah segar (TBS), sedangkan potensinya dapat mencapai minimal 15–20 ton/ha/thn. Pertanaman kelapa sawit swasta dan milik pemerintah masih dapat mempertahankan produksinya sekitar 18–30 ton TBS/ha/thn melalui perencanaan peremajaan. Hal yang sama juga dilakukan oleh Negara Malaysia yang mampu melakukan peremajaan secara berkala seluas 200.000 ha per tahun. Sedangkan pertanaman kelapa sawit rakyat tidak mampu melakukan peremajaan dengan biaya sekitar Rp. 30 juta per hektar. Bila kondisi ini terus berlanjut tanpa tindakan peremajaan maka pada lima tahun mendatang, posisi Indonesia sebagai penghasil nomor satu kelapa sawit akan bergeser.

      Di lapangan saat ini, terutama di daerah Kabupaten Rokan Hilir, Riau, beberapa petani telah melakukan peremajaan secara under planting, yaitu peremajaan yang dilakukan dengan menanam benih kelapa sawit di bawah pohon sawit tua dengan jarak 1 m dari pangkal batang. Sedangkan pada tanaman tua dilakukan pembunuhan secara berlahan-lahan dengan menyuntikan herbisida ke dalam batangnya, sehingga panen tetap dilakukan sampai tanaman benar-benar mati. Cara ini tidak melakukan menumbangan pohon, pohon mati secara berlahan-lahan, daun dan pelepah gugur satu persatu dan akhirnya tinggal batang tanpa daun. Cara ini dapat mengurangi biaya penumbangan pohon yang besarnya mencapai Rp. 3 juta per ha dengan menggunakan alat berat sedangkan bila dilakukan secara manual dapat mencapai Rp. 7 juta per ha. Namun pertumbuhan tanaman sawit sedikit lambat, disebabkan oleh adanya naungan selama pohon tua masih hidup. Selain intu cara under planting tetap menghilangkan pendapatan petani dari hasil tanaman kelapa sawitnya, karena tanaman tua tidak menghasilkan, sementara kelapa sawit muda belum berproduksi. Dua masalah ini yang menyebabkan cara peremajaan under planting tidak berkembang dengan baik di tengah masyarakat.


     Peremajaan secara bertahap merupakan alternative untuk menghindari kehilangan pendapatan dari penebangan tanaman tua sebelum tanaman muda menghasilkan. Peremajaan cara bertahap, membagi areal menjadi tahapan-tahapan peremajaan. Apabila peremajaan akan di dilakukan selama 3 tahap, maka areal yang akan diremajakan dibagi 3. Umumnya petani mempunyai lahan pertanaman sawit seluas 2 ha atau 21 lajur tanaman x 14 baris tanaman, lahan dapat dibagi menjadi 7 lajur tanaman x 14 baris tanaman setiap tahunnya, lamanya peremajaan menjadi 3 tahun. Peremajaan dilakukan pada tanaman tua sebanyak 7 lajur x 14 baris, tanaman ditumbang sehingga lahannya terbuka, lahan terbuka ini ditanami dengan benih sawit muda. Penanaman sawit muda ini dapat ditumpang sarikan dengan tanaman palawija seperti kacang tanah, kedele atau jagung. Dengan demikian dari tanaman tua yang belum diremajakan yaitu 14 lajur x 14 baris tanaman, petani masih memperoleh penghasilan, bila dilakukan pemupukan berat, malah produksi dapat tetap sama dengan sebelumnya. Selain itu petani juga dapat memperoleh tambahan pendapatan dari penanaman tanaman sela.(Yulius Ferry dan Maman Herman)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar